Kemarin, tentangmu hanyalah kata
tanpa makna. Diksi yang tak ingin ku pilih sebagai pelengkap bait puisi yang
kehilangan arti. Namun begitu, sepertinya pengabaian mulai tak lagi cocok
disandingkan denganmu, debar dan rasa ke ingin tahuan muncul menjadi beberapa
pertanyaan kecil tentang rindu yang mungkin tidak seharusnya, akan tetapi masa
iya merindukanmu adalah suatu kesalahan.
Siapa sangka, perasaan jatuh seperti
suka bisa menuju kepada pelukan siapa saja, dengan atau tanpa sengaja. Sama
halnya sepertimu, tuan. Bahkan awalnya aku tak mengenal siapa kamu, namun
namamu selalu ditemukan mataku dengan tidak sengaja di beranda pemberitahuan.
Masa bodo, ialah pikiran awal perihal berita – berita yang selalu saja kamu
tuliskan, menarik atau tidak tetap saja membangunkan tanggapan – tanggapan
untuk mengabaikan.
Sampai pada percakapan pertama kita,
dimana terpampang sebagian bahasa yang aku suka di display picturemu, mau tidak
mau aku harus singgah pertama kalinya untuk bertanya serta menyudahi segala
rasa penasaran. Dan entah bagaimana kita bisa sampai bertukar nama masing –
masing saat itu. Mengenalmu tidak sama sekali aku merasakan kata asing
didalamnya. Pertanyaan – pertanyaan selalu tercetak dalam pikiranku tanpa harus
lebih dulu berfikir keras untuk mendapatkannya dan ingin selalu aku serahkan
kepadamu, agar percakapan kita tak berhenti sebatas keperluan saja.
Entah sebenarnya aku ini kenapa,
kehilangan kabarmu sesekali bisa membuat debar tak karuan berkali – kali.
Nampaknya aku mulai menikmati perbincangan – perbincangan kecil kita, terlalu
nyaman denganmu membuat aku lupa bahwa dulu aku pernah begitu tak perdulinya
perihal kamu. Dan sekarang sedikitpun acuh, aku tak bisa. Aku takut menganggap
segala kegetiran terhadapmu adalah rindu, sebab perkenalan kita masih terlalu
dini. Tapi mau dikata apa, memang begitu adanya. Tak perlu waktu lama perihal
perasaan bisa sangat cepat tumbuh begitu saja, seperti sekarang pelukanmu aku
butuhkan untuk meyakinkan ketakutan dan menenangkan rindu yang keterlaluan.
Aku juga tidak menyangka, rindu bisa
secepat itu menuju kepulangan – kamu. Judul yang kerap kali ingin aku tuangkan kedalam sebentuk puisi ketakutan,
supaya kamu paham setiap perjumpaan juga akan kembali kepada kehilangan.
Ketahuilah sayang, caramu terlalu klasik bagiku tapi aku tak bisa berbohong
bahwa aku terikat kuat didalamnya untuk tetap setia menikmati segala
kesederhanaanmu hingga pada akhirnya tinggal tersisa satu degup gigil yang
ingin dihangatkan oleh kehadiranmu.
Seandainya, jika memang salah
merindukanmu, aku akan berhenti dengan sangat. Aku berusaha untuk tidak lagi
jatuh kedalam zona nyamanmu, aku akan gigih bertahan dengan ketabahan perihal
rindu yang juga ingin dituntaskan pertemuan, pun sebentuk debar kekhawatiran
akan terus ku coba yakinkan bahwa semuanya akan baik – baik saja, dengan atau
tanpa tuannya.
1 komentar:
👍
Posting Komentar